Tutupi Kekejaman Masa Lalu, Rusia Hentikan Penelitian Stalin

Proyek penelitian seorang akademisi yang menyelidiki nasib etnis Jerman yang dideportasi oleh Stalin dalam Perang Dunia II dihentikan oleh agen keamanan negara.

Profesor sejarah Mikhail Suprun ditahan di Rusia bulan lalu namun insiden itu baru terungkap sekarang.

Profesor Suprun mengatakan pada BBC bahwa ia telah diperintahkan untuk tidak mengomentari kasus tersebut.

Ribuan etnis Jerman dikirim ke wilayah-wilayah terpencil jauh dari medan perang setelah Hitler menyerang Uni Soviet tahun 1941.

Meskipun mereka telah hidup di Rusia selatan selama beberapa generasi – kebanyakan di sepanjang sungai Volga – pemimpin Soviet Josef Stalin tidak mempercayai mereka.

Profesor Suprun berhasil melacak arsip 5.000 orang yang dideportasi dan telah mewawancarai ratusan keturunannya.

Namun kini dokumen-dokumen yang telah ia kumpulkan selama lebih dari 10 tahun, komputer dan semua perangkat kerasnya telah disita oleh FSB – penerus kekuasaan KGB.

Meskipun ia telah diperintahan untuk tidak berkomentar, beberapa hari yang lalu ia memaparkan penghentian itu sebagai sesuatu yang tak jelas.

Ia mengatakan bahwa itu bagian dari upaya pemerintah Rusia untuk mengontrol bagaimana sejarah Perang Dunia II dikisahkan.

Awal bulan Oktober, cucu Stalin mengajukan gugatan ke pengadilan Moskow melawan sebuah koran liberal Rusia, Novaya Gazeta, yang ia klaim telah memfitnah mantan diktator Soviet itu.

Yevgeny Dzugashvili mengatakan bahwa artikel yang mengklaim bahwa Stalin secara pribadi memerintahkan pembunuhan rakyat Soviet adalah sebuah kebohongan.

Koran itu mempublikasikan artikel yang merujuk pada surat perintah kematian yang dikatakannya berisi tanda tangan Stalin.

Dzugashvili yang tidak hadir di pengadilan ketika kasus ini disidangkan mengatakan bahwa itu adalah sebuah kebohongan, dan bahwa Stalin tidak pernah secara langsung memerintahkan kematian siapa pun.

Pengadilan itu menolak berkas tuntutan hukum yang diajukan oleh cucu diktator Stalin, Yevgeny Dzugashvili, melawan sebuah koran liberal Rusia yang menurutnya telah memfitnah sang diktator.

Dzugashvili telah meminta sebuah permintaan maaf terbuka dan ganti rugi dari koran tersebut. Namun pengadilan menolak petisinya. Media Rusia mengatakan bahwa alasannya akan diumumkan kemudian.

Ini merupakan kasus aneh paling baru dari apa yang banyak orang anggap sebagai kampanye dukungan Kremlin untuk merehabilitasi reputasi Stalin, ujar Rupert Wingfield-Hayes, reporter BBC di Moskow.

Salah satu diktator pembunuh paling berkuasa dalam sejarah, Stalin adalah penguasa tertinggi Uni Soviet selama seperempat abad. Rezim terornya telah menyebabkan kematian dan penderitaan bagi puluhan juta rakyat.

Stalin, terlahir dengan nama Iosif Vissarionovich Dzhugashvili, lahir pada tanggal 18 Desember 1879 di Gori, Georgia, yang saat itu merupakan bagian dari kekaisaran Rusia. Ayahnya adalah seorang tukang sepatu dan Stalin tumbuh dewasa di lingkungan yang sangat sederhana. Ia menempuh pendidikan di sebuah seminari teologi ketika mulai membaca buku-buku Marxis. Ia tidak pernah lulus dari seminari itu karena menghabiskan waktunya untuk gerakan revolusioner melawan monarki Rusia. Lima belas tahun ia habiskan sebagai seorang aktivis dan sempat beberapa kali ditahan dan dibuang ke Siberia.

Stalin bukan salah satu pemain utama dalam kudeta Bolshevik tahun 1917, namun ia dengan cepat meningkatkan posisinya dalam kelompok tersebut. Tahun 1922, ia diangkat menjadi sekretaris jenderal Partai Komunis, sebuah posisi yang dianggap tidak terlalu signifikan saat itu namun memberikannya kontrol atas beberapa pertemuan dan memungkinkannya untuk membangun basis dukungan. Setelah kematian Lenin tahun 1924, Stalin mempromosikan diri sebagai penerus politiknya dan secara bertahap menyingkirkan rival-rivalnya. Di akhir 1920an, Stalin secara efektif menjadi diktator Uni Soviet.

Pemaksaannya akan pertanian kolektif menghilangkan nyawa jutaan orang, sementara program percepatan industrinya meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Soviet namun dengan harga yang mahal. Terlebih, rakyat sangat menderita akibat Teror Besar tahun 1930an ketika Stalin mengeksekusi ribuan orang dan mengasingkan jutaan lainnya ke kamp-kamp kerja paksa untuk membersihkan “musuh-musuh rakyat”.

Pembersihan itu melemahkan Tentara Merah, dan terlepas dari peringatan yang datang berulang-ulang, Stalin tidak siap menghadapi serangan Hitler terhadap Uni Soviet di bulan Juni 1941. Masa depan politiknya, dan juga Soviet, terancam namun Stalin berhasil memimpin negaranya meraih kemenangan. Negara itu kehilangan banyak nyawa namun tidak menjadi masalah besar bagi Stalin.

Setelah Perang Dunia II, Uni Soviet memasuki era nuklir dan menguasai sebuah kekaisaran yang mencakup sebagian besar Eropa Timur. Tanggal 5 Maret 1953, Stalin meninggal terkena stroke akibat paranoid yang semakin meningkat.
http://www.suaramedia.com/berita-dunia/eropa/11728-tutupi-kekejaman-masa-lalu-rusia-hentikan-penelitian-stalin.html

0 komentar:

Posting Komentar