Teknologi Militer Basi, China Pamer Otot Di Dunia Maya

Delapan puluh dua tahun yang lalu, tentara militer yang terbesar di dunia terbentuk di dataran China, kala itu China masih menjadi sebuah negara yang tertutup dan tidak disoroti dunia.

Kini, 60 tahun berselang setelah berdirinya republik rakyat China, dan 30 tahun sejak negeri tirai bambu tersebut membuka diri, Kementerian pertahanan China meluncurkan sebuah situs internet multimedia dengan layanan dalam dua bahasa. Hal tersebut merupakan sebuah langkah terbaru Beijing untuk menyingkap tirai kerahasiaan yang menyelubungi tentara militer China yang memiliki 2,3 juta orang anggota aktif.

Situs tersebut – seperti halnya situs pendahulunya yang memiliki alamat internet yang sama – tersedia dalam bahasa mandarin dan Inggris. Hu Changming, seorang juru bicara kementerian mengatakan bahwa situs tersebut adalah sebuah cara untuk meningkatkan rasa saling pengertian antar negara dan meningkatkan rasa saling percaya antar kekuatan militer.

Peluncuran situs internet tersebut mengikuti kebijakan “keterbukaan”, situs tersebut dipergunakan oleh pemerintah China pada saat terjadinya kerusuhan di propinsi Xinjiang bulan ini dan setelah terjadinya kerusuhan di Tibet tahun lalu.

Disaat anggaran militer China semakin meningkat dalam beberapa tahun terkahir, demikian halnya dengan kekhawatiran dari negara-negara tetangga China dan negara yang berpotensi menjadi lawan China. China menggelontorkan $70 miliar untuk anggaran militernya. Meski jumlah tersebut masih belum seberapa dengan anggaran Pentagon yang setiap tahunnya mengalokasikan $500 miliar, jumlah tersebut sebanding dengan anggaran militer Inggris, Jepang, dan Rusia.

Seorang analis militer, Song Xiajun, mengatakan bahwa situs tersebut akan menawarkan lebih banyak rincian mengenai pengeluaran dan mengenai kebijakan pertahanan militer China secara umum.

“Kementerian pertahanan China adalah sebuah organisasi khusus. Secara prinsip, lembaga tersebut seharusnya dimasukkan dalam sistem negara bagian,” kata Song, merujuk pada kabinet pemerintah China. “Namun, pada kenyataannya, kementerian pertahanan China seolah menjadi jendela dari tentara China terhadap dunia luar. Situs chinamill utamanya memberitakan mengenai kehidupan dalam tubuh militer China. Situs tersebut tidak terlalu banyak membahas mengenai kebijakan negara.”

Song menjelaskan bahwa selama berabad-abad, China selalu menerapkan kebijakan ke dalam. Kini, sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia, negara komunis tersebut mencoba mengejar ketertinggalan. Disaat negara tersebut menjadi lebih begantung pada sumber daya impor seperti minyak dan besi yang diperlukan untuk menggerakkan industri baja (terbesar dunia) di negara tersebut.

Pada musim dingin lalu, angkatan laut China, yang merupakan bagian dari tentara nasional China, diluar kebiasaan mengirimkan pasukan untuk melindungi kapal dagang China dari gangguan perompak Somalia di Laut Merah.

“China mulai “kecanduan” minyak pada tahun 1992. Sejumlah besar bahan mentah yang diimpor ke China dilakukan setelah tahun 2002. Pada saat itu, ketertarikan China terhadap perkembangan negara jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bidang keamanan,” kata Song. “China kini mencoba “memulihkan” ketertinggalan mereka yang sempat mengabaikan perkembangan teknologi militer negara. Disaat China melakukan hal tersebut, negara-negara lain justru mulai merasa bahwa China mengembangkan kekuatan militernya dengan terlalu cepat.”

Sejak terjadinya kekerasan militer terhadap para demonstran pro-demokrasi di Beijing pada bulan Juni 1989, tentara berseragam hijau-hijau mulai menyebar ke seluruh penjuru negeri, mulai dari jalanan Beijing yang ramai hingga jalanan berlumpur yang ada di setiap propinsi.

Dengan tidak adanya peperangan, tentara nasional China mengabdikan dirinya dalam upaya-upaya penyelamatan setelah terjadinya bencana alam, seperti ketika terjadi gempa bumi Sichuan pada bulan Mei lalu yang menelan nyawa 80.000 orang. Para prajurit membantu para korban gempa, dan hal tersebut diabadikan oleh media-media milik negara.

Namun kerusuhan etnis yang terjadi di wilayah otonomi Muslim Uighur di Xinjiang, ditambah dengan ketegangan yang terus terjadi antara pemerintah China dengan Taiwan, juga berarti bahwa tentara nasional China harus tetap berjaga-jaga, meski mereka telah mengantisipasi tragedi tersebut dengan mendirikan stasiun televisi berbahasa Arab, CCTV

Untuk menyesuaikan diri dengan keinginan dari pemerintah China yang hendak mengendalikan segala bentuk informasi – baik internal maupun internasional – mengenai citra dari partai komunis, situs militer yang baru tersebut menyediakan versi mandarin dan bahasa Inggris.

Tajuk utama pemberitaan di situs China tersebut cukup seragam, seperti “Kereta api Jiaoliu terperosok, Para prajurit melakukan penyelamatan penting.” Sementara versi Inggris dari situs tersebut menyesuaikan judul berita dengan headline pemberitaan internasional agar sejalan dengan selera pembaca berita internasional.
http://www.suaramedia.com/berita-dunia/asia/9379-teknologi-militer-basi-china-pamer-otot-di-dunia-maya.html

0 komentar:

Posting Komentar