Salah satu dari Panglima perang paling dicari di dunia telah berkata kepada Sky News bahwa ia tidak akan melakukan pembicaraan apapun jika tentara asing (NATO) masih ada di Afghanistan.
Gulbuddin Hekmatyar, seorang pemimpin Mujahidin yang pernah menjadi Perdana Menteri Afghanistan sekarang memimpin partai politik Hezb-e-Islami dan grup paramiliter di Afghanistan.
Pasukannya bertarung berdampingan bersama Al-Qaeda dan Taliban, dengan misi mengusir pasukan Barat.
Sky News mendapatkan akses ke dalam kelompoknya dan menghabiskan beberapa hari bersama mereka di tempat yang berbeda di Afghanistan, termasuk di Kabul.
Koresponden Sky News telah menyaksikan berbagai senjata yang tersembunyi di seluruh wilayah, termasuk bom jalan yang telah mengambil nyawa ratusan tentara asing.
Dalam wawancara pertamanya dengan jurnalis asal Inggris dalam hampir satu dekade, ia mengatakan kepada Sky News “Masalah yang penting bagi kami adalah untuk menghentikan penjajahan dan kembali mendirikan kedaulatan negara ini.
“Kami tidak pernah mau berada di bawah sebuah pemerintahan boneka dibawah dikte pihak luar negeri.
“Pemerintah Kabul saat ini terdiri dari perampok dan kriminal korup. Kami tidak mau memasuki selokan kotor ini.”
Hekmatyar dicari oleh AS karena dianggap terlibat dengan kelompok Al-Qaeda dan Taliban.
Sikap kerasnya atas penarikan pasukan tampaknya mengecewakan presiden Afghanistan sekarang, Hamid Karzai.
Karzai dipercaya telah memberikan sebuah penawaran kepada Hekmatyar untuk meletakan senjatanya dan mengikuti proses politik.
Hekmatyar sendiri berkata bahwa Presiden Karzai dan administrasinya telah beberapa kali mendekatinya.
Karzai tidak menutup-nutupi mengenai keinginannya untuk berbicara terbuka dengan Taliban dan kelompok pejuang lainnya, namun dengan prasyarat tertentu seperti meletakan senjata dan berhenti melakukan kekerasan.
Namun, baik Mullah Omar, yang memimpin Taliban di Afghanistan, maupun Hekmatyar tidak merasa bahwa Karzai pantas untuk diajak bernegosiasi.
“Pemerintah Kabul tidak memiliki kekuatan ataupun tekad,” ujar Hekmatyar.
“Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan. Kekuatan asing bahkan tidak mendengar permintaan dari pemerintah untuk menghindari korban jiwa atau membagi informasi atas operasi mereka.”
Untuk dapat berbicara dengan pemimpin perjuangan tersebut Sky News tidak dapat bertemu secara langsung. Mereka harus merekam pertanyaan yang nantinya akan diperdengarkan kepada Hekmatyar yang berada di lokasi rahasia, dan mengirim kembali jawabannya ke koresponden Sky News setelah dua minggu.
Hekmatyar berkeras bahwa dia tidak memiliki garis kerjasama struktural dengan Al-Qaeda, namun organisasinya, Taliban, dan Al Qaeda memang saling membantu satu sama lain.
Ia mengatakan kelompoknya sangat aktif di bagian selatan negara tersebut dimana kebanyakan tentara Inggris di tempatkan di Helmand.
Ia berbicara mengenai kegiatan jihad yang semakin meningkat di “beberapa tempat secara rahasia, di beberapa tempat secara terang-terangan, dan di beberapa tempat dengan kelompok lain.”
Ia memiliki reputasi sebagai seorang petarung politik dan pemimpin yang tegas dan hubungannya dengan pemimpin kelompok pejuang lainnya adalah sebuah legenda.
Dalam wawancara sebelumnya dia telah mengatakan bahwa ia menolong Bin Laden melarikan diri dari pegunungan Tora Bora.
Dia dan kelompoknya dipercaya bertanggung jawab untuk banyak serangan dari kekuatan koalisi dan dia juga dituduh terlibat dalam upaya pembunuhan Hamid Karzai di Kabul pada bulan April 2008.
Dia mengatakan kelompoknya telah dapat bertarung selama lebih dari 30 tahun tanpa bantuan dari luar negeri.
“Orang-orang Amerika tahu bahwa bagi Mujahidin untuk membuat sebuah bom jalan dapat menghabiskan biaya kurang dari $100,” ujarnya.
“Semua orang tahu bahwa tidak ada negara yang membantu Mujahidin dan malah tetangga kami, termasuk Iran, membantu AS.”
“Iran dan Pakistan menahan ratusan Mujahidin dan menyerahkan mereka ke AS.”
Dia melanjutkan, “Pada akhirnya, AS akan terpaksa meninggalkan Afghanistan dan hari itu adalah hari dimana kami akan merayakan hari kemerdekaan Afghanistan seperti mereka di kota-kota Irak menikmati hari kemerdekaan ketika pasukan AS pergi.”
Dan dalam pernyataan yang tampaknya menghilangkan semua harapan rekonsiliasi dengan kelompok pejuang, ia berkata, “Pasukan asing adalah penyebab dari perang yang berkelanjutan.”
“Ketika mereka disini, maka perang tidak akan pernah berhenti dan tidak akan pernah ada keamanan juga.”
Dikutip dari www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar